Perjuangan Nenek Gendong Cucu ke Sekolah Setiap Hari
Rasa cinta nenek Yibin kepada sang cucu begitu besar. Ia rela menggendong Mei Qiu (14) ke sekolah setiap hari, meski usianya tak lagi muda. Si bocah memiliki kelainan pada bagian lutut dan tak bisa berjalan.
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
PokerKiuKiu | Agen Poker dan Domino Online Uang Asli Indonesia | Poker dan Domino Rupiah
Minimal Depo dan WD 15Ribu rupiah
NO ROBOT
Tersedia Aplikasi Android/ Iphone/ Ipad
Jackpot Ratusan juta rupiah setiap harinya
Bonus 10% Seumur Hidup - Tanpa Syarat [UNLIMITED]
Untuk Informasi lebih lanjut silakan hubungi kami di :
YM : pokerkiukiucs@yahoo.com
Live Chat : pokerkiukiu.com
BBM : 2B4972F3
Telp : +66830881737
YM : pokerkiukiucs@yahoo.com
Live Chat : pokerkiukiu.com
BBM : 2B4972F3
Telp : +66830881737
Rasa
cinta nenek Yibin kepada sang cucu begitu besar. Ia rela menggendong
Mei Qiu (14) ke sekolah setiap hari, meski usianya tak lagi muda. Si
bocah memiliki kelainan pada bagian lutut dan tak bisa berjalan.
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Rasa
cinta nenek Yibin kepada sang cucu begitu besar. Ia rela menggendong
Mei Qiu (14) ke sekolah setiap hari, meski usianya tak lagi muda. Si
bocah memiliki kelainan pada bagian lutut dan tak bisa berjalan.
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Rasa
cinta nenek Yibin kepada sang cucu begitu besar. Ia rela menggendong
Mei Qiu (14) ke sekolah setiap hari, meski usianya tak lagi muda. Si
bocah memiliki kelainan pada bagian lutut dan tak bisa berjalan.
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Rasa
cinta nenek Yibin kepada sang cucu begitu besar. Ia rela menggendong
Mei Qiu (14) ke sekolah setiap hari, meski usianya tak lagi muda. Si
bocah memiliki kelainan pada bagian lutut dan tak bisa berjalan.
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Rasa
cinta nenek Yibin kepada sang cucu begitu besar. Ia rela menggendong
Mei Qiu (14) ke sekolah setiap hari, meski usianya tak lagi muda. Si
bocah memiliki kelainan pada bagian lutut dan tak bisa berjalan.
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Rasa
cinta nenek Yibin kepada sang cucu begitu besar. Ia rela menggendong
Mei Qiu (14) ke sekolah setiap hari, meski usianya tak lagi muda. Si
bocah memiliki kelainan pada bagian lutut dan tak bisa berjalan.
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Rasa
cinta nenek Yibin kepada sang cucu begitu besar. Ia rela menggendong
Mei Qiu (14) ke sekolah setiap hari, meski usianya tak lagi muda. Si
bocah memiliki kelainan pada bagian lutut dan tak bisa berjalan.
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Rasa
cinta nenek Yibin kepada sang cucu begitu besar. Ia rela menggendong
Mei Qiu (14) ke sekolah setiap hari, meski usianya tak lagi muda. Si
bocah memiliki kelainan pada bagian lutut dan tak bisa berjalan.
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Rasa
cinta nenek Yibin kepada sang cucu begitu besar. Ia rela menggendong
Mei Qiu (14) ke sekolah setiap hari, meski usianya tak lagi muda. Si
bocah memiliki kelainan pada bagian lutut dan tak bisa berjalan.
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Rasa
cinta nenek Yibin kepada sang cucu begitu besar. Ia rela menggendong
Mei Qiu (14) ke sekolah setiap hari, meski usianya tak lagi muda. Si
bocah memiliki kelainan pada bagian lutut dan tak bisa berjalan.
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Rasa
cinta nenek Yibin kepada sang cucu begitu besar. Ia rela menggendong
Mei Qiu (14) ke sekolah setiap hari, meski usianya tak lagi muda. Si
bocah memiliki kelainan pada bagian lutut dan tak bisa berjalan.
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Rasa
cinta nenek Yibin kepada sang cucu begitu besar. Ia rela menggendong
Mei Qiu (14) ke sekolah setiap hari, meski usianya tak lagi muda. Si
bocah memiliki kelainan pada bagian lutut dan tak bisa berjalan.
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Rasa
cinta nenek Yibin kepada sang cucu begitu besar. Ia rela menggendong
Mei Qiu (14) ke sekolah setiap hari, meski usianya tak lagi muda. Si
bocah memiliki kelainan pada bagian lutut dan tak bisa berjalan.
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Rasa
cinta nenek Yibin kepada sang cucu begitu besar. Ia rela menggendong
Mei Qiu (14) ke sekolah setiap hari, meski usianya tak lagi muda. Si
bocah memiliki kelainan pada bagian lutut dan tak bisa berjalan.
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Rasa
cinta nenek Yibin kepada sang cucu begitu besar. Ia rela menggendong
Mei Qiu (14) ke sekolah setiap hari, meski usianya tak lagi muda. Si
bocah memiliki kelainan pada bagian lutut dan tak bisa berjalan.
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Rasa
cinta nenek Yibin kepada sang cucu begitu besar. Ia rela menggendong
Mei Qiu (14) ke sekolah setiap hari, meski usianya tak lagi muda. Si
bocah memiliki kelainan pada bagian lutut dan tak bisa berjalan.
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Rasa
cinta nenek Yibin kepada sang cucu begitu besar. Ia rela menggendong
Mei Qiu (14) ke sekolah setiap hari, meski usianya tak lagi muda. Si
bocah memiliki kelainan pada bagian lutut dan tak bisa berjalan.
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Rasa
cinta nenek Yibin kepada sang cucu begitu besar. Ia rela menggendong
Mei Qiu (14) ke sekolah setiap hari, meski usianya tak lagi muda. Si
bocah memiliki kelainan pada bagian lutut dan tak bisa berjalan.
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Rasa
cinta nenek Yibin kepada sang cucu begitu besar. Ia rela menggendong
Mei Qiu (14) ke sekolah setiap hari, meski usianya tak lagi muda. Si
bocah memiliki kelainan pada bagian lutut dan tak bisa berjalan.
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Tiap pagi, nenek Yibin jalan berbukit yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Meski berat memanggul sang cucu, Nenek Yibin tetap terlihat semangat. Karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dilansir dari Oddity Central, Senin (31/3/2014), nenek berusia 66 tahun itu bangun pukul 05.00 pagi setiap hari, dan mempersiapkan segala keperluan Mei.
Pukul 07.00 pagi, Nenek Yibi dan Mei memulai perjalanan mereka ke sekolah. Mei bersandar di punggung sang nenek yang usianya sudah separuh abad itu. Sesekali, Nenek Yibin pun berhenti untuk beristirahat. Setidaknya lima kali selama perjalanan.
Dari rumah menuju sekolah, mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berjalan kaki. Dan mereka tidak pernah terlambat --Nenek Yibin memastikan mereka bisa mencapai sekolah pukul 08.30 setiap hari.
Mereka telah melakukan ini selama 5 tahun, menempuh jarak total lebih dari 4.000 kilometer sejauh ini.
Tugas Nenek Yibin setiap hari benar-benar sulit, bahkan untuk seseorang yang jauh lebih muda dan lebih kuat.
Namun nenek 66 tahun itu mengaku tidak tahu harus bagaimana lagi. Nenek Yibin khawatir memikirkan bagaimana kehidupan Mei ketika ia dan suaminya meninggal nanti.
Seperti mimpi buruk Yibin yang begitu menakutkan. Dalam mimpi itu, Mei tergelincir di genangan air dan dia mencoba untuk menjangkau membantunya berjuang, tapi tangan mereka tidak pernah bertemu.
Tentu saja sebagai cucu, Mei tak tega melihat sang nenek menggendongnya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sudah mencoba untuk menopang berat tubuhnya pada dua batang bambu buatan tangan, dan mencoba untuk berjalan. Tapi dengan cara itu ia tak sanggup ke sekolah sendiri.
Untuk menunjukkan baktinya pada sang nenek, Mei belajar sangat keras. Ia tak mau upaya perempuan sepuh itu sia-sia.
Mei bercita-cita suatu hari ia bisa membangun sebuah rumah yang indah. Untuk diberikan ke neneknya sebagai ucapan 'terima kasih' karena telah membantunya sampai ke sekolah.
Bantuan
Untungnya, cerita pahit Nenek Yibin memiliki akhir yang bahagia. Setelah kisah hidupnya dengan Mei terkespos dunia, pemerintah setempat memutuskan untuk membantu.
Keluarga kecil itu kini telah pindah ke rumah yang lebih dekat dengan sekolah, dan Fang Mei telah diberikan kursi roda yang memungkinkannya bergerak secara mandiri.
Pihak berwenang juga telah memanggil institusi medis lokal, untuk melihat apakah kondisi gadis muda itu bisa diobati.
Fang Mei lahir dengan tempurung lutut tak normal. Yang membuatnya tak mampu menopang bobot tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa berdiri selama lebih dari beberapa menit tanpa sakit luar biasa, apalagi berjalan ke sekolah.
Malang, ayahnya meninggalkan ketika dia masih bayi dan ibunya menikah lagi. Mei pun di rawat oleh kakek-neneknya. Keduanya merawat Mei dengan penuh kasih sayang.
Sang kakek terlalu tua dan sakit-sakitan untuk mengurus Mei. Sehingga Nenek Yibin lah yang berperan banyak dalam keluarga kecil itu. Berkat kasih sayang mereka, kini kehidupan Mei pun lebih baik.
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2030422/perjuangan-nenek-yibin-gendong-cucu-ke-sekolah-setiap-hari#sthash.8f4y458r.dpuf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar